Kamis, 13 September 2007

Fenomena Blog

Fenomena Blog Anak

Berdasarkan hasil laporan David Sifry, seorang pengamat dunia blog, di Technorati 6 February 2006, teridentifikasi 75 ribu blog muncul setiap hari dan 50 ribu entry baru setiap jam. Perkembangan blog yang fantastis dewasa ini tak urung menarik minat sejumlah ayah dan ibu membuat blog untuk sang anak.
Layanan blog gratis yang tersedia di internet termasuk assesorisnya semakin memicu tumbuh kembangnya blog untuk anak. Apalagi ditambah dengan semakin berkembangnya piranti digital dan teknologi internet yang mendukung aktifitas ber-blog-ria.
Latar belakang pembuatan blog anak memang nyaris seragam. Shrie Amriza yang menulis blog untuk sang anak, Ryu Omar Amriza M, mengaku membuat blog ini sebagai diary pengingat masa-masa indah bersama si kecil.
Hampir sama dengan Shrie, Inong Haris, seorang ibu yang berdomisili di Singapore, membuat blog untuk anaknya Zidan dan Syifa yang berisi kejadian dan hal-hal penting tentang mereka.
Sementara itu, motivasi Anita Christine yang tinggal di Jerman, membuat blog untuk sang anak Aiko Chiara Tanoto, adalah ingin berbagi informasi mengenai perkembangan Aiko kepada orangtua dan saudara-saudara yang tinggal di Indonesia. Ini untuk memudahkan mereka mencari tahu bagaimana pertumbuhan Aiko. Karena pembicaraan via telepon tidak dapat/tidak mungkin setiap saat dilakukan mengingat biayanya yang cukup mahal.
Seorang ibu lain, Retno Kristiani yang berprofesi sebagai karyawan disalah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta, bertutur, "Sebelumnya saya membuat website untuk hadiah anak saya, Resnanda Rafa Kurniawan, pada saat ulang tahun nya yang kedua (tahun 2003). Itu pun masih layanan geocities. Tapi begitu saya kenal dunia blog (akhir 2003), saya lalu membuat blog yang berisi cerita kehidupan saya sebagai seorang ibu, mahasiswa dan pekerja luar rumah. Setelah dilihat-lihat... kok lebih banyak cerita tentang anak saya. Kemudian saya mengembangkan website anak saya tersebut menjadi jurnal cerita kesehariannya (akhir tahun 2004) yang saya pisahkan dari jurnal harian saya. Mungkin memberikan hadiah ulang tahun kepada seorang anak berusia 2 thn berupa sebuah website/blog adalah hal yang tidak lazim dilakukan oleh seorang ibu. Tapi saya ingin hal tersebut dapat menjadi kenangan untuk anak saya, begitu dia besar nanti."
Penjelasan serupa datang dari Rahma Erfiani Nizar (Erfi), ibu dari Aerizqa Aisyah Rakhmadani (Izqa) . "Awalnya saya membuat blog bukan untuk anak tapi karena iseng pengen lihat seperti apa sih blog itu. Sempat pesimis juga dengan blog ini karena pada dasarnya saya tidak pandai menulis. Tapi karena saat itu saya sedang hamil, maka saya coba untuk menulis pengalaman selama masa kehamilan itu. Setelah melahirkan baru deh mulai menceritakan tentang tumbuh kembang anak karena sebagai ibu baru, perkembangan anak sungguh hal yang sangat menarik untuk diceritakan. Selain untuk kenangan nantinya juga supaya saudara yang lagi berada di luar negeri bisa mengikutin perkembangan anak," ungkap Erfi yang mengaku mulai ngeblog bulan September 2004 dan cerita Izqa dimulai setelah kelahirannya di akhir October 2004.
Ketularan "virus blog", juga dialami oleh Indah Julianti, yang membuat blog untuk kedua buah hatinya Taruli Azzah (5,7 tahun) dan Tiurma Kayla (14 bulan). "Saya ingin membuat blog ini untuk berbagi cerita tentang perkembangan Lily dan Kayla kepada orang tua, kakak, adik, sanak-saudara, teman-teman yang tinggalnya berjauhan," kata Indah yang memulai membuat blog pada Januari 2005.
Senada dengan Indah, Juju , seorang ibu muda yang tinggal di Belgia membuat blog untuk sang anak Christophe Pratama didasari keinginan untuk memiliki catatan mengenai perkembangan anak pertamanya. "Saya pilih blog karena mudah diakses oleh siapa saja termasuk keluarga dan teman saya yg nun jauh disana. Sejak saya hamil sudah buat blog ini dan tinggal dilanjutkan ketika anak saya lahir sampai kini," kata Juju yang juga aktif sebagai moderator di forum blogfam.
Membuat blog anak ternyata tidak melulu didominasi oleh ibu-ibu. Seorang ayah, Amril Taufik Gobel membuat blog untuk anaknya Muh.Rizky Aulia Gobel dilatar-belakangi keinginan agar aktifitas perkembangan sang putra terdokumentasi secara virtual dan mudah diakses oleh keluarganya dimana saja lewat internet. Amril mengaku lebih nyaman dan "PeDe" menulis blog sang anak ketimbang menulis blog sendiri. "Si Rizky kan' versi revisi dari saya yang hanya versi beta, jelas lebih banyak dong hal menarik yang bisa diceritakan dari aktifitas kesehariannya," seloroh Amril.
Seorang ayah yang lain, Ahmad Fauzan (Ozzan), menulis blog untuk anaknya, Aisyah Khairani Fauzan, dilandasi keinginan untuk memperkenalkan sang anak ke teman-teman blogger, lalu berkembang untuk menulis aktifitas-aktifitas pertamanya seperti mulai makan, sikat gigi, bisa jalan dan lain lain. Blog Aisyah sendiri dibuat sekitar seminggu setelah kelahirannya.
Tentang sudut pandang penceritaan, sebagian besar pengelola blog anak yang diwawancarai via email oleh redaksi bz! menyatakan lebih senang mengisahkan dari sudut pandang orang ketiga. "Saya tidak menuturkan jurnal harian anak dalam sudut pandang orang pertama. Saya tetap menuliskan kesehariannya dalam sudut pandang orang tuanya karena saya tidak tahu persis apa yang dirasakan di dalam hatinya. Saya berharap saat anak saya sudah dapat membaca dan menulis, dia dapat meneruskan jurnal harian ini dengan tulisan yang keluar dari lubuk hatinya," ujar Retno mengemukakan alasan. Komentar yang sama juga dinyatakan oleh Erfi, Juju, Indah, Shrie dan Inong Haris.
Namun Anita punya pandangan berbeda. Ibu muda yang baru saja meraih penghargaan sebagai juara pertama lomba template dalam rangka HUT kedua blogfam sekaligus juara favorit di acara yang sama ini, bertutur, "Saya terbiasa membahasakan diri sebagai Aiko dalam menulis jurnal/blognya, karena saya ingin memberikan catatan berharga untuknya dimana seolah-olah Aiko yang sedang bercerita, bagaimana dia memulai hidupnya dari seorang bayi tak berdaya hingga suatu saat nanti, jika sudah mengerti (bisa baca dan menulis). Atau bila memungkinkan (dimasa yang akan datang), Aiko bisa meneruskan apa yang telah saya tulis, tentunya dengan gaya bahasanya sendiri, sehingga keluarga dan sahabat lainnya tetap terbiasa dengan gaya bahasa yang dari awal sudah terbentuk."
Amril juga berpendapat serupa dengan Anita. "Saya menulis blog Rizky dari sudut pandang orang pertama. Ini karena, saya lebih leluasa menggali serta menggambarkan situasi, ekspresi dan suasana di sekitar anak saya itu, dalam kacamata lugu Rizky. Memang terkesan jadi subyektif, tapi justru saya merasa disinilah tantangan sekaligus daya tarik menceritakan tiap sisi kehidupan anak saya serta lingkungan disekitarnya," ujar Amril yang juga berencana untuk membuatkan blog untuk anak keduanya, Alya dalam waktu dekat.
Kendala waktu nampaknya menjadi hambatan utama para pengelola blog anak untuk secara rutin melakukan up-date. "Sebagai ibu pekerja luar rumah, saya tidak memiliki waktu yang cukup banyak untuk bersama anak saya, Rafa. Dengan demikian saya tidak dapat banyak moment untuk diceritakan dalam jurnal hariannya. Walaupun saya berusaha untuk selalu mengikuti perkembangannya, tapi tetap saja hanya momen-momen tertentu yang saya lihat sendiri yang dapat saya tuangkan ke dalam jurnal. Kadang saya juga terbentur dengan sibuknya saya di kantor dan di rumah, sehingga waktu untuk meng-update jurnal menjadi tidak menentu," kata Retno yang menyewa hosting khusus untuk blog anaknya itu.
Dilain pihak, Erfi, juga mengungkapkan bahwa,"Dibulan-bulan pertama sejak Izqa lahir, banyak sekali perkembangan anak yang bisa saya cerita di blog. Hanya sekarang dengan mulai bertambah gedenya anak (padahal baru juga 15 bulan lebih umurnya), saya malah kurang dapat menceritakan perkembangannya karena progressnya tidak lagi gampang dilihat oleh mata. Contohnya,sekarang perkembangan anak saya lebih ke arah pertambahan kosa kata yang sering kali terlewatkan. Maksudnya, saya baru sadar setelah beberapa minggu dari pertama dia bisa mengucapkannya."
Indah, ibu yang saat ini bekerja di salah satu station televisi swasta ini, lebih melihat kesulitan selama menulis blog anak adalah bagaimana menuturkannya kisah sang buah hati menjadi tidak terkesan sombong dan bagaimana mengemas topik yang "terlalu biasa" menjadi lebih menarik.
Sementara itu, Ozzan yang juga menuliskan blog dari sudut pandang Aisyah, putrinya, menghadapi kesulitan ketika menulis kata-kata cadel untuk menggambarkan anak kecil sedang berbicara dan juga mencoba berfikir dari sisi pandang Aisyah.
Dilain pihak Juju, Shrie dan Inong Haris menyatakan tidak mengalami kesulitan berarti dalam menulis blog buat sang anak. "Yang ditulis kan' kebanyakan kegiatan keseharian si kecil, jadi saya tidak banyak menemui kesulitan sama sekali," ujar Inong Haris yang juga menjadi moderator ruang dapur keluarga di blogfam.
Keberadaan blog anak memberi banyak manfaat bagi pengelolanya. Juju menyatakan sejak membuat blog untuk Bebih-C, panggilan sayang Juju buat si Junior, ia banyak mendapat teman sesama ibu yang memiliki anak seumur dan bisa saling tukar informasi tentang perawatan serta perkembangan anak. Sementara itu, Erfi bertutur, dengan adanya blog buat Izqa paling tidak si kecil akan memiliki teman virtual yang sebaya dan bisa melanjutkan persahabatan mereka kelak.
Shrie, yang juga aktif di komunitas WRM-Indonesia (We R Mommies) , mengungkapkan, dengan memiliki blog anak, ia bisa memiliki diary online yang memungkinkan untuk dibaca kapan saja. "Awal mulanya, kami hanya ingin share perkembangan anak saya tapi belakangan blog anak saya fungsinya berkembang bukan lagi sekedar informasi bagi keluarga, tapi juga kami mendapat dan menemukan per-sahabat-an dengan rekan-rekan blog lainnya. Sejak kepindahan keluarga kami ke Jerman, saya banyak kehilangan waktu dan kontak dengan teman-teman di dunia nyata. Dengan adanya teman-teman dari dunia per-blog-an terutama sejak gabung di blogfam, sedikit demi sedikit rasa kehilangan bisa terobati. Dan saya bisa berbangga hati karena dari sekian banyak teman blog yang saya kenal, diantara mereka sudah saya anggap seperti saudara sendiri," tutur Anita yang juga menjadi penata artistik dan desain di majalah online blogfam ini.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Ozzan, Amril, Retno dan Indah. "Jika kelak Aisyah besar nanti, saya punya arsip yang cukup memadai tentang kenangan perkembangannya dimasa yang akan datang," ujar Ozzan. Tidak hanya itu, blog anak menurut Retno,"Juga akan menjadi sarana sharing informasi yang berharga tentang pendidikan anak dan keluarga." "Malah," tambah Amril, "jika penyajiannya menarik serta informatif bukan tidak mungkin ada pihak penerbit yang berminat mencetak blog anak di kemudian hari." ***
Posted on March 5, 2006 4:44 AM | Permalink